'2', Berani Mencintai, Mencintai dengan Berani,

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu alaikum!

Selamat pagi-siang-sore-malam sahabat!! Sudah sekitar 5 hari dari tulisan terakhir. Kesempatan kali ini, saya akan sedikit mengulas tentang buku novel yang baru saja saya baca, karya kedua mas Donny Dhirgantoro, pengarang novel bestseller '5 cm', yang berjudul '2'. Ya, memang judulnya '2'. Itu saja. Dan cover serta judulnya sukses membuat saya penasaran dan membeli novel ini.

ini cover bukunya. sukses buat saya penasaran. judulnya hanya menggunakan 1 karakter

Novel karya kedua mas Donny ini bisa saya bilang salah satu novel inspiratif yang pernah saya baca. Menggugah dan membangkitkan semangat. Menegaskan, mimpi adalah awal kehidupan. Tapi seorang yang hanya bermimpi tinggi tanpa usaha dan kerja keras untuk mewujudkan mimpinya, hanya seorang pembual besar. Keberanian adalah bagian dari perjuangan meraih mimpi. Tidak ada hal abu-abu di dunia ini. Berhenti atau terus. Menyerah atau tidak menyerah. Melawan atau diam. 

Novel ini menceritakan seorang gadis bernama Gusni Annisa Puspita, lahir dari keluarga kecil bahagia yang hidupnya bergantung terhadap olahraga bulutangkis, salah satu cabang olahraga kebanggan Indonesia di mata dunia, yang sayang, era ini mulai meredup. Dan saya sepakat dengan ulasan singkat buku ini tentang bulutangkis di negeri ini, meredupnya prestasi bulutangkis bukan karena SDM yang tidak memadai, tapi terlalu banyak kepentingan dibelakangnya. Luar biasanya, tanyakanlah pada atlet-atlet, mereka tidak peduli apapun yang terjadi diantara keterbatasan yang melanda. Yang penting, Sang Saka Merah Putih berkibar di belahan bumi lain.

Gusni lahir sebagai wanita yang 'kelebihannya' adalah keterbatasannya. Lahir dengan status macrosomia (bayi besar, berat badan lahir lebih dari 6 kg), yang justru di masa depannya, menjadi hambatan utama baginya untuk berkarya. Terlepas dari penyakit yang dideritanya, Gusni adalah seorang wanita tegar, berani, periang, dan tidak memiliki kata menyerah di kamus hidupnya. Cerita perjalanan hidup seorang Gusni, mulai dari zaman SD yang jenaka, berteman dengan 2 orang sahabatnya Ani dan Nuni (dengan ukuran tubuh yang sama, XXXL) dan Harry, seorang teman lelaki yang juga hobinya makan, saat Harry dan Gusni kecil menceritakan cita-citanya, sempat muncul konflik saat keluarga Harry menjadi korban unjuk rasa Reformasi pada 1998 yang mengharuskan mereka pindah, hingga saat-saat SMA selalu bersahabat dengan Ani dan Nuni sehingga dipanggil 3G (trio gendut, atau apa lah artinya), saat-saat berat dimana Gusni mengetahui apa yang melandanya selama ini dan memancing konflik antara Gusni dan orang-orang sekitarnya, hingga dengan segala keterbatasannya, Gusni berhasil membawa Sang Saka Merah Putih berkibar dengan gagah saat ia dapat mewujudkan cita-citanya yang bagi sebagian diantara kita, menganggap itu mustahil terjadi.

Saya sendiri, merasa takjub dengan tokoh Gusni yang sangat kuat dalam melawan keterbatasannya, tetap bergerak menggapai cita-citanya sebagai atlet bulutangkis meski berkali-kali ia harus dihadapkan pada kenyataan yang sering tak mendukungnya. Tokoh Ayah dan Ibu Gusni yang sangat sayang kepada anak-anak dan keluarganya. Tokoh Gita selaku kakak Gusni yang selalu mendukung Gusni. Harry yang dengan senyumannya membuat Gusni semangat, begitu pula sebaliknya, kekuatan Gusni membuat Harry berani kembali membangun mimpinya yang sempat hancur berkeping-keping. Makna sejati persahabatan dari Nuni dan Ani. Singkatnya, buku ini benar-benar menggugah semangat, dan Mas Donny merangkaikan kata-kata spiritnya dengan lincah, dalam, seakan setiap kata memiliki tenaga yang luar biasa.

Untuk kalian yang merasa keterbatasan diri adalah penghalang kalian. Untuk kalian yang menginginkan hidup sempurna. Ketahuilah, dengan segala keterbatasan itulagh, manusia bisa selalu terlahir kembali. Jangan takut memulai semua dari awal, dengan usaha yang gigih. Ketahuilah, adalah niscaya sebuah kenyataan berkata bahwa hidup tak akan pernah sempurna, karena hanya seorang pengecut yang mengharapkan hidup sempurna. Ketahuilah, keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti berjuang. Ketahuilah, bekerja keras, setiap hari dengan peluh, luka dan lelah yang terus ada, tetapi tanpa impian yang membakar di setiap langkah, nafas, dan penglihatan.... bergerak lelah, berkeringat tanpa makna... hanyalah menjadi pembual nomor satu bagi dunia. Ketahuilah, mimpi tanpa deru nafas memburu, tetesan keringat, pun hanya menjadi pembual besar. Memutuskan untuk berani mencintai, mencintai dengan berani.

• Twitter
• Facebook
• Google
• Tumblr
• Pinterest

drwriter

Artikel Terkait