Dekapan Diksi dalam Secarik Kertas: Cinta

07.24
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu alaikum

Tulisan ini sebenarnya tulisan yang sudah dibuat sejak Oktober 2012 di tempat lain, namun di re-share disini. Menceritakan tentang cinta dan mencintai. Mencintai dan memutuskan cinta pada seseorang, tidaklah semudah yang dibayangkan, jika kau tahu yang benar.



Beberapa hari ini, diri ini seperti terombang-ambing di gelora samudra dalam badai yang besar. Terbawa kesana-kemari tanpa arah tujuan, gelisah dan gundah gulana mewarnai setiap detik waktu, bahkan melemahkan nadi-nadi dan urat-urat yang seharusnya masih perlu berdenyut dan hidup dalam mengarungi kerasnya hidup ini. Pikiran ini mencoba mengingat semua materi-materi yang pernah didapatkan dalam majelis-majelis terdahulu, mencoba meresapinya, nasihat-nasihat dan tausiyah-tausiyah penenang hati bergema dalam diri, tapi tidak mampu jua menenangkan hati ini. Tetap terombang-ambing.



Ternyata 5 huruf itu mulai menghampiri diri ini, masuk menembus diri, menerobos melalui nadi-nadi ini, melalui serabut-serabut saraf ini, menempatkan dirinya dalam urutan pikiran yang paling atas. Ya, cinta merasuki jiwa ini. Cinta kepada sosok itu. Diri ini yang tidak pernah merasakan hal ini, menjadi bingung dibuat olehnya. Cinta itu mulai menanamkan dirinya dalam hati ini. Meski diri ini mencoba untuk tidak terbuai olehnya, namun tidak bisa dibohongi bahwa dalam pikiran ini selalu ada bayangan itu. Bermenit-menit, berjam-jam, bahkan berhari-hari, cinta itu mulai merasuki setiap desir darah ini. Meski terkesan hiperbola, tetapi pada kenyataannya memang seperti itu. Semakin mencoba dihilangkan, malah semakin menguat cinta itu. 



Hingga pada saat ini, hati ini sudah tidak tahan. Ia sudah terlalu lemah, dilemahkan oleh virus merah jambu, yang mengaburkan visinya, yang mulai mengaburkan misinya, oleh sesosok bayangan yang sebenarnya tidak punya salah apa-apa kepadanya. Satu sisi ingin sekali mengakhiri semua ini dengan mendekati cinta itu, tetapi satu sisi mengingatkan bahwa itu salah karena dengan kondisimu seperti ini, kau hanya akan menjadi mainan para setan-setan itu. Dalam suatu sore, diri ini terduduk. Terduduk sendiri, dikala sahabat-sahabat lain sedang bepergian dalam urusannya masing-masing. Dalam kesendiriannya, hati ini akhirnya mengakui apa yang ia rasakan saat ini. Ia lepaskan semua perasaan itu. Ia pun mengucap istighfar setelahnya. Namun hati ini masih belum puas. Ia ingin sesuatu yang lebih dari ini. Jauh melebihi ini. Kemudian, terjadilah pergolakan batin yang kuat dalam diri ini. Hingga pada akhirnya, sang hati menggerakkan pikiran untuk menggerakkan tangan ini, membuka kitabNya, menggerakkan bibir ini untuk membacaNya.. 



Serasa beban itu berkurang. Sang hati mulai tercerahkan. Namun ia kembali bimbang dalam rasa cerahnya itu. Ia bertanya-tanya, sampai kapankah aku bisa cerah seperti ini? Apakah hanya sesaat? Akankah aku kembali ‘sakit’ ketika aku bertemu dengan sosok itu lagi? Haruskah aku menebar pesona kepada sosok itu agar ia mengerti apa yang aku rasakan? Bagaimanakah aku mengakhiri semua ini? Hati ini semakin bertanya-tanya dalam kesendiriannya, yang tak bisa ia jelaskan kepada sahabat-sahabat di sekitarnya. Jemari ini pun bertindak. Melangkahkan dirinya menuju tombol-tombol keyboard, mencari solusi atas hatinya mumpung hati tersebut sedang tercerahkan oleh cahaya Qur’ani. 



“Biarkan cinta menemukanmu, kata sebuah novel. Tapi kalau kata saya, biarkan cintaNya mempertemukanmu.”



Kata itu tertulis dalam sebuah artikel seorang ikhwan yang membahas tentang cinta. Hati ini mencoba mencerna kata-kata itu. Memahami maksud kata-kata itu. Perlahan pertanyaan-pertanyaannya mulai terjawab seiring ia membaca untaian kata-kata berikutnya dalam artikel tersebut. 



Singkat cerita, sang hati mulai tenang setelah menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Ia sadar, dengan usianya yang mulai menua, mulai memasuki masa penghujung muda, maka semakin banyak godaan yang mendatanginya. Godaan untuk mengakhiri kesendiriannya dengan cara yang tidak tepat, godaan untuk berbuat salah dalam melepaskan rasa cinta. Hati ini tahu bahwa cinta adalah fitrah dariNya. Namun ia harus selalu belajar bersabar, menahan diri untuk tidak berbuat maksiat, menjaga hatinya dan juga hati sosok yang ia cintai itu. Berduaan tanpa syariat hanya akan merusak hatinya dan hati sosok yang ia cintai itu. 



Namun bukan berarti hati ini diam menerima keadaan. Seperti kata tadi, biarlah cintaNya yang menghampirmu. Maka hati ini terketuk untuk bisa berbuat lebih. Terketuk untuk hidup lebih produktif dan bermanfaat. Terketuk untuk bisa melakukan sebanyak-banyaknya kegiatan yang bermanfaat untuk orang-orang sekitarnya. Terketuk untuk selalu membenahi diri, memperbaiki amalan-amalan shalih yang masih bolong-bolong. Terketuk untuk menempatkan rasa cinta kepadaNya dalam titik ketaatan, meloncati rasa suka dan tidak suka. Terketuk untuk terus menerus memperbaiki diri. Karena hati ini tahu, bahwa Allah mempersiapkan jodoh yang baik untuk orang yang baik, dan begitu pula sebaliknya. Karena hati ini pun sadar, dalam ibadah kesehariannya saja ia perlu berwudhu dengan baik dan benar, apalagi untuk mengakhiri kesendiriannya, maka ia perlu “wudhu” yang sebaik-baiknya. Hati ini sadar, bahwa ia merupakan pusat dari segala gerak tubuh ini. Maka ia mencoba mengisi ruang-ruang hatinya atas nama Rabb-nya. Mencoba mengingatNya dalam setiap detik-detik ia bernafas dalam raga ini. Meski ia tahu tidaklah mudah menepikan hal-hal lain yang telah menempati ruang-ruang di bangunannya. Namun ia selalu yakin, selama hati ini berada dalam jalan ini, maka Allah akan mencukupkan segala yang ia butuhkan. Tidak hanya jodohnya saja, tetapi semua kebutuhan sehari-harinya, bahkan kebutuhannya di masa mendatang, termasuk masa-masa di alam keabadian kelak, alam akhirat. Amin...


Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 comments

Write comments
Riizhu
AUTHOR
6 Januari 2014 pukul 03.00 delete

Cinta kepada sang pencipta itu haruslah menjadi NO.1 dari Cinta kita ke yang lainnya termasuk kekasih:)

Reply
avatar

Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai :) Tinggalkan komentar, saran-saran, kesan dan pesan yang bermanfaat ya!! EmoticonEmoticon