Sedikit Tulisan Untuk Beliau

Sedikit Tulisan Untuk Beliau

08.58 0
Bila ada yg melebihi indahnya pelangi di dunia ini..

akan kupersembahkan itu kepadamu..



Bila ada yang lebih berharga dari safir biru di alam ini..

akan aku miliki itu untukmu..



Bila ada yang lebih lembut dari salju di bumi ini..

akan aku berikan itu untukmu..



karena aku tahu mungkin tak ada artiku tanpamu..

mungkin takkan ada aku tanpa belaianmu..

engkau yang berikanku sejuknya belaian cinta..

engkau yang hangatkanku dari dinginnya dunia..



engkau yang selalu menjagaku..

ketika aku terlalu rapuh untuk berjalan sendiri

hanya kau yang mengerti aku..

ketika aku terjatuh di titik nadirku..



dan bila semua hal indah itu bisa ada..

aku akan memohon kepadaNya

berikanlah aku semua itu

walau semua itu takkan mampu menyama

kasih sayangmu seumur hidupmu.. ayah dan ibu..



“ Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil.."
Meluruskan Tujuan

Meluruskan Tujuan

08.56 0
assalamu alaikum wr wb



mungkin bagi beberapa sahabat yang sudah di tag ada yang sudah pernah membaca catatan sejenis ini, dikarenakan beberapa waktu sebelumnya saudara saya sempat mempostkan artikel dengan inti pembahasan yang sama. mohon maaf dikernakan kebetulan tulisan ini sudah terbentuk sejak dulu namun baru bisa di post sekarang. namun, dari note ini, berdasarkan beberapa artikel yang saya baca, disini akan membahas tentang niat atau tujuan dari segi yang sedikit berbeda. semoga ada manfaatnya untuk kita semua.. amiin

Meluruskan Niat



Artinya: Dari Amir Mukminin Abi Hafsh Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan diraihnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya.” (HR. Dua Imam Muhadditsin (ahli hadits) Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi didalam dua kitab shahih mereka yang keduanya adalah kitab yang paling shahih (benar) yang ditulis (manusia).



Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad.



Hadits diatas menunjukkan betapa pentingnya niat dalam setiap kegiatan aktivitas di hidup ini. Hadits ini termasuk salah satu dari hadits-hadits penting yang menjadi poros agama Islam. Hadits ini adalah dasar atau azas dalam Islam dan sebagian besar hukum-hukumnya berporos padanya. Hadits ini juga sebagai tolak ukur bagi semua amal batin. Amal batin disini bukan melulu soal ibadah, tetapi juga semua kegiatan kita yang didasarkan atas batin. Belajar kita, bekerja kita, perdagangan kita, semua harus memiliki niat yang tulus dan ikhlas dan hanya kepadaNya.



Imam Ahmad dan Asy-Syafi’i rahimahumallah berkata: Masuk dalam lingkup hadits “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya” sepertiga ilmu; karena usaha seorang hamba itu bisa dengan hati, lisan dan anggota badannya. Adapun niat dengan hati merupakan salah satu dari tiga jenis di atas.



Karena itu para ulama menganjurkan agar memulai kitab-kitab dan karangan-karangan mereka dengan hadits ini. Di antara ulama yang memulai kitab-kitab mereka dengan hadits ini adalah Imam Al-Bukhari dan Imam An-Nawawi rahimahumallah. Faedah memulai dengan hadits ini untuk mengingatkan dan memperingatkan para penuntut ilmu agar membenarkan niatnya untuk Allah Ta’ala dalam menuntut ilmu dan melakukan kebaikan.



Ada beberapa hal yang patut digarisbawahi dari hadits diatas:

1.Disyaratkan adanya niat.
Para ulama telah bersepakat bahwa segala amal yang dilakukan seorang mukallaf yang mukmin tidak dianggap sah secara syar’i dan tidak berpahala jika ia mengerjakannya kecuali disertai dengan niat. Dengan penjelasan ini jelas bahwa peran niat dalam amal dan perbuatan kita amat sangat sentral.

2.Wajibnya hijrah.
Hijrah dari negeri kafir menuju negeri Islam hukumnya wajib bagi setiap muslim yang tidak memungkinkan untuk menampakkan keislamannya. Hukum ini kekal sampai hari Kiamat. Hijrah juga berarti hijrah (meninggalkan) dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Penjelasan ini berarti setiap amal dan kegiatan yang kita lakukan, harus bertujuan untuk menghijrahkan diri kita menjadi lebih baik dalam Islam dan lebih dekat kepada Allah swt, bukan menjauhkan kita dari agama atau menurunkan iman kita.

3. Barangsiapa yang berniat melakukan amal shalih, lalu ada udzur (halangan)berupa: sakit, kematian, dan lainnya- yang merintanginya untuk melakukannya, maka ia memdapatkan pahala karena niatnya tersebut.

4. Perintah untuk mengikhlaskan segala amal dan ibadah hanya untuk Allah semata sehingga mendapatkan pahala dan balasan yang baik di akhirat, dan diberikan taufiq dan keberuntungan di dunia.

5. Setiap amal yang baik dan bermanfaat, apabila dilakukan dengan niat yang baik disertai dengan keikhlasan, mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala dan mengikuti cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi suatu ibadah.

6. Ikhlas hanya untuk Allah Ta’ala dalam beramal merupakan salah satu syarat diterima-nya suatu amal; karena Allah Ta’ala tidak akan menerima suatu amal kecuali jika dilakukan dengan ikhlas karena Wajah Allah Ta’ala.

Dari uraian diatas, begitu jelas pentingnya niat yang tulus dan ikhlas yang hijrahnya kepada Allah SWT di setiap amal perbuatan kita. Baik itu ibadah, ataupun aktivitas duniawi seperti belajar, bekerja, berdagang, bisnis, organisasi, dan sebagainya. Hal inilah yang sekarang sudah banyak ditinggalkan manusia zaman kini. Banyak yang beraktivitas tapi tidak ada niat ataupun tujuan yang jelas. Inilah yang sering menimbulkan rasa frustrasi dan stress apabila amal perbuatan yang kita lakukan itu mengalami kesulitan berarti ataupun kegagalan.Selain itu, jauhilah perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan maksiat. Jauhilah pula sifat dusta dan berbohong dalam aktivitas kita. Luruskanlah niat kita dalam beraktivitas, karena sesungguhnya Allah maha tahu apa yang ada di dalam hati kita, seperti yang tertulis dalam Al Qur’an:


يَعْــلـَـمْـهُ ٱلـلـَّهُ قـُـلْ إ ِن تـُـخـْــفـُـواْ مَـا فِى صُـدُورِڪـُـمْ أ َوْ تـُـبْـدُوهُ

Katakanlah: Jika kamu sembunyikan atau kamu terangkan apa yang dalam dadamu itu, tetap diketahui oleh Allah. (Ali-Imran 29)

Dari ayat ini nyata benar betapa penting peranan niat dan ikhlas dalam segala amal perbuatan ibadat yang berupa syi’ar/bukti ta’at kepada Allah.


Sebagai penutup, ada sebuah kisah dari seorang sahabat Rasulullah, yang semoga dengan ini membangkitkan semangat kita untuk terus memperbaiki diri kita, membenahi tujuan hidup kita. Karena hidup kita bukan hanya di dunia saja, tapi juga di akhirat kelak.


Berlari-lari ke sana ke mari sang Sufi dengan membawa obor dan seember air. Bertanyalah sahabatnya “Wahai sang sufi kekasih Allah, ada apa yang membuatmu berlari-lari dengan membawa obor dan air ?”

Dia menjawab, “ Aku ingin memadamkan neraka, kalau niatku menyembah Allah hanya karena takut neraka. Dan aku akan membakar sorga kalau niatku mencintai Allah hanya karena menginginkan sorga”

Kawan, itulah Sang Sufi Rabiatul Adawiyah yang sangat mencintai Rabb-nya. Untuk memelihara kesucian cintanya, dia tidak ingin ada illah-illah lain selain Allah SWT. , Kawan mari kita hisab diri kita, ada berapa ratus illah yang harus kita munculkan agar kita termotivasi untuk beribadah, bekerja dan lain-lainnnya. Mari kita coba membuat statement seperti di bawah ini. Beranikah kita mengucapkan dan menyakininya dan menerima resikonya ?

Ya Tuhan

Kalau aku meyakini Jabatanku ini yang akan memuliakan aku, maka cabutlah jabatan ini

Kalau aku meyakini tinggi-rendahnyanya jabatanku ini yang menentukan tinggi rendahnya rizkiku

maka turunkanlah level jabatanku

Kalau aku meyakini pencapaian target ini yang akan menentukan nasibku di masa datang,

maka biarlah jeblok performaku tahun ini.

Kalau aku meyakini mobil dinasku ini yang memuliakan kedudukanku,

maka enyahkanlah mobil dinasku

Ya Allah teguhkanlah niatku

agar aku yakin bahwa untuk memberikan rizki padaku

Engkau tidak memerlukan jabatanku, pencapaian targetku, atau apapun fasilitas yang aku terima.

Engkau melapangkan rizki makhlukMU yang Engkau kehendaki,

Engkau pula yang menyempitkan rizki makhlukMU yang Engkau kehendaki.

Sangat naif kalau Akulah yang Maha Kuasa dan Maha Kaya,

Engkau tidak membutuhkan jabatanku.

Jabatan yang Engkau beruikan kepadaku hanyalah untuk kepantasan

Engkau memberi rizki di mata manusia yang lain.

Karena manusia pasti bingung kalau tiba-tiba aku mendapatkan rizki yang banyak tanpa sebab.

Banyak cara bisa Engkau lakukan kalau hanya untuk memberikan rizkiMU kepada makhlukMU.

Untuk memuliakan diriku Engkau tidak perlu tingginya jabatanku,

mahalnya mobilku atau tingginya pencapaian targetku.

Ya Allah ketika aku meyakini tingginya perncapaian targetku yang akan memuliakan diriku dan menambah rizkiku,

maka hari-hariku akan dipenuhi dengan doa agar cabang lain mendapat musibah dan rendah pencapaian targetnya.

Aku sirik dan dengan cabang yang tinggi performancenya.

Dan aku bergembira kala ada cabang yang rendah kuantitas dan kualitasnya.

Aku berdoa agar cabang lain bernasib buruk.

Naudzubillahi min dzalik.


Kawan, cinta kita kepada Allah sangat mungkin tidak tulus, karena begitu banyak illah yang mengerubungi nita dan keyakinan kita. Mari kita murnikan illah kita, hanya kepada Allah SWT, agar kita bisa menikmati indahnya beribadah pada saat bekerja. Semoga …



Dikutip dari berbagai sumber