Buka Blog Lagi #WritingTherapy

02.27
Saya termasuk orang yang percaya bila menulis adalah salah satu cara yang tepat untuk memulihkan jiwa. Dengan menulis, segala unek-unek akan tersampaikan. Terlepaskan begitu saja.

Kali ini, setelah sekian lama blog ini berteman dengan debu, saya memulainya dengan menjelaskan sedikit terkait diri saya sendiri.

Bukan membanggakan diri (sebab sebenarnya saya tidak merasa sebaik apa yang saya tuliskan berikutnya), beberapa teman dekat menganggap saya adalah orang yang setiakawan. Sering memberikan bantuan kepada teman yang mendapatkan kesulitan.

Seorang teman saya pernah berkata berhutang budi pada saya karena membolehkannya tinggal sementara di rumah saya saat persiapan ujian kompetensi dokter. Saat itu, teman saya memiliki keterbatasan finansial (sebab prioritasnya adalah memberikan nafkah bagi keluarganya yang terpisah di luar kota saat kami sedang menjalani fase pembelajaran intensif) sehingga tak mampu memperpanjang kontrakan tempat ia tinggal.

Awalnya, ia rikuh untuk meminta tolong kepada saya. Namun, karena saya merasa teman saya ini sudah memberikan banyak pelajaran (terutama terkait agama) kepada saya, maka dengan senang hati saya menawarkannya tinggal bersama saya sampai masa ujian selesai.

Saya bahkan tidak membebani tugas atau biaya apapun padanya. Meski sekadar bersih-bersih rumah. Sebab, saya terbiasa melakukan semua itu sendiri. Walau pada akhirnya teman saya ikut membantu, meski saya sudah menolaknya.

Saya termasuk orang yang sulit memberikan jawaban tidak untuk permintaan tolong dari teman. Selagi saya dalam kondisi baik, saya akan coba membantunya.

Apa alasannya?

Saya merasa termasuk dari golongan orang yang tertutup dan tak mudah berbagi hal yang sangat berkaitan dengan emosi pada orang lain. Saya juga lebih senang berdiam diri di rumah daripada nongkrong di luar. Meskipun menurut banyak orang, saya sangat supel dan rame saat bercengkerama. Itu mungkin membuat saya mungkin memiliki banyak teman, tapi hanya amat sedikit yang benar-benar dekat, sebagai sahabat.

Sejujurnya, setelah berpisah dengan sahabat-sahabat erat, saya sering merasa sendirian. Itulah yang menyebabkan saya berusaha bersikap sebaik mungkin kepada orang sekitar saya. Termasuk membantu mereka dalam hal apapun. Berharap mereka takkan jauh dari saya.

Tetapi, sikap saya itu justru bagaikan bumerang. Saya sering memaksakan diri untuk membantu, hanya dengan alasan agar orang tersebut tetap menganggap saya teman, dan takut bila saya menolak ajakannya, ia akan men-cap saya bukan lagi sebagai teman. Orangtua saya pernah menegur soal ini. Buat apa peduli pada orang yang hanya membebani kita, dan tak peduli dengan diri kita? Tapi saya akui, tak pernah perhitungan terkait tolong menolong.

Atas alasan itu pula, saya jarang meminta pertolongan teman karena takut membebani mereka. Hingga baru saya sadari akhir-akhir ini, saya tak bisa percaya sepenuhnya kepada orang lain. Saya lebih percaya pada hasil kerja sendiri.

Saya berharap, bisa lebih sabar dan lapang dada dalam berkorban. Percayalah, bila kebaikan itu tak dibalas saat ini, akan dibalas nanti di hidup berikutnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai :) Tinggalkan komentar, saran-saran, kesan dan pesan yang bermanfaat ya!! EmoticonEmoticon