Komitmen + Konsistensi = Totalitas

17.29
Bila saya tanya kepada anda, apakah target anda yang ingin anda wujudkan? Pasti dan kemungkinan anda akan menyebutkan lebih dari satu keinginan kepada saya. Entah itu target atau mimpi seputar akademik seperti keinginan mendapat nilai yang bagus, ingin diterima menjadi asisten laboratorium, ingin menjadi mahasiswa dengan nilai terbaik, atau mimpi seputar targetan hidup kedepan seperti ingin sukses dalam berbisnis dan usaha, ingin sukses dalam membina keluarga, atau targetan barang seperti ingin punya Android baru, ingin punya laptop baru, dan masih banyak mungkin targetan lain yang anda rencanakan.

Setiap orang pasti memiliki target atau mimpi-mimpi hidup yang mungkin berbeda. Namun, bagi saya, meski targetan tiap orang berbeda, meski cara tiap orang-orang mewujudkan mimpinya itu berbeda-beda, tapi ada dua poin yang sama-sama mereka harus lakukan untuk mewujudkan itu. Dua poin tersebut adalah komitmen dan konsistensi dalam melakukan segala usaha mereka dalam mencapai target.


Pertanyaan berikutnya, apakah itu komitmen dan konsistensi? Sebelumnya, saya sempat membaca sebuah artikel yang memuat tentang kutipan tentang arti komitmen itu sendiri. Menurut Michael Amstrong, seorang ekonom dalam bukunya “Managing people” menyatakan bahwa: "Komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan yang terdiri dari tiga komponen: penyatuan tujuan dan nilai-nilai organisasi, keinginan untuk tetap bersama dan berada di organisasi, dan ketersediaan untuk bekerja keras." Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa komitmen artinya perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan definisi keterikatan, tentu saja manusia (harus dan pasti) punya keterikatan untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Konsistensi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tetap atau tidak berubah-ubah, taat pada asas, dan selaras sesuai perbuatan hendaknya-dengan ucapan. Dalam artikel lain, konsistensi atau dalam istilah lain kita sering mendengar istiqomah, adalah sikap yang selalu senantiasa menjaga dan menjalankan komitmen yang sudah disepakati dan dipahami.

Dari beberapa teori definisi tersebut, saya ambil kesimpulannya bahwa komitmen itu adalah hasil dari perjanjian yang merupakan dasar untuk berbuat sesuatu dan konsisten adalah sikap untuk menjalankan komitmen tersebut. Mengapa saya katakan dua poin ini amat penting dalam mewujudkan mimpi dan target-target kita? Sebab sebaik dan sehebat apapun mimpi-mimpi kita, jika kita tidak membuat perjanjian dengan diri kita sendiri untuk terus mewujudkan mimpi itu, maka mimpi itu hanya sekedar mimpi.



Urgensi dari komitmen sendiri dalam usaha adalah agar kita tidak keluar dari ‘aturan main’ dalam mencapai target tersebut. Bagaimana kita bersedia memberikan segala sesuatunya atau total dalam beribadah, bekerja, belajar, berbisnis, berusaha, dan sebagainya. Bagaimana kita rela mengorbankan waktu kita untuk jerih payah kita demi meraih mimpi yang kita inginkan, itu semua tercakup dalam komitmen. Oleh karena itu, penting bagi seseorang yang benar-benar ingin sukses, memiliki komitmen dalam usahanya, yang diawali dari penentuan tujuan yang pasti yang sesuai dengan yang kita inginkan agar kita merasa ‘nyaman’ berada dalam tujuan tersebut, dan usaha serta kerja keras dan kesungguhan dalam mewujudkannya. Allah SWT berfirman:

“Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu pekerjaan/ urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS Asy-Syarh : 7-8)

Dalam sabdaNya diatas, Allah SWT memerintahkan agar kita ber-mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, jangan asal-asalan. Kalau kita mahasiswa, belajarlah sungguh-sungguh dan usahakan selesai tepat waktu. Kalau kita jadi pedagang, berikanlah pelayanan dan produk terbaik agar pelanggan ketagihan menggunakan produk yang kita jual. Pada intinya, dalam setiap usaha berikanlah yang terbaik dari kita. Kadang dalam keseharian sering sekali setelah menyelesaikan satu kegiatan, berlanjut lagi ke kegiatan atau tugas-tugas yang lain. Disinilah pentingnya menerapkan makna sistematis dalam pengaturan urusan-urusan kita, agar kita tetap bisa melakukan yang terbaik dalam setiap tugas kita. Bekerja dengan baik dan bersungguh-sungguh akan mendidik manusia menjadi insan yang mandiri, tidak boleh menggantungkan diri pada orang lain dan keadaan. Firman Allah SWT:

“……dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada-Nya…” (QS. Al Hasyr:18)

Selain itu, Allah SWT telah mengingatkan dan menyuruh manusia agar mencari anugerah-Nya, tidak hanya terfokus untuk kebahagiaan kehidupan di dunia. Kedua hal ini baru dapat direalisasikan manakala keseimbangan antara ibadah ritual dan kerja keras selama hidup di dunia. Firman Allah SWT:

“Carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan dunia” (QS. Al Qashash: 77).

Setelah kita membentuk komitmen, hal kedua yang harus kita lakukan adalah mempertahankan konsistensi dalam melaksanakan komitmen tersebut. Hal ini tidaklah mudah, bahkan lebih sulit dibanding membentuk komitmen itu sendiri. Bagi saya sendiri, memang tidak mudah untuk menjadi seorang yang konsisten atau istiqomah. Sebagai manusia wajar memiliki kelemahan dan kekurangan. Tetapi, hal yang tidak wajar adalah ketika kelemahan dan kekurangan justru menjadi tunggangan dalam pembenaran terhadap tindakan Un-Commit & Un-consist. Seorang teman saya pernah berkata seperti ini: “Setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya itu membuat dia berbeda dengan yang lain. Tetapi, kekurangannya pun membuat dia istimewa.” Menurut saya, itu sangat tepat. Kekurangan kita bukanlah sesuatu hal yang menghambat kita untuk tidak istiqomah dalam berusaha. Kekurangan kita inilah yang akan membentuk diri kita istimewa apabila kita berhasil meraih mimpi dengan segala yang kita miliki.

Dari sudut pandang saya, menjadi seorang yang selalu istiqomah dan konsisten dalam beramal dan bekerja memang tidak mudah. Selalu saja ada hambatan dan masalah. Namun, faktor yang membuat itu tidak mudah justru datang dari diri kita sendiri. Dalam sebuah ceramahnya, Aa Gym pernah mengatakan “Masalah itu bukan masalah. Tapi yang menjadi masalah adalah sikap kita dalam menghadapi masalah.”

Meskipun begitu, kadang kita lelah dalam berusaha. Bahkan mungkin kita pernah mencapai titik dimana raga dan jiwa kita terlalu letih untuk dibangkitkan lagi dalam mengejar mimpi-mimpi, sehingga yang terjadi adalah kita memutuskan untuk berhenti (yang saya maksudkan disini adalah istirahat bukan berhenti menyerah meraih mimpi). Kadang pula kita mengeluh. Maka yakinlah Allah akan selalu bersama kita. Dalam ayat Al Qur’an tertulis:

“Aku (Allah) tidak menyia-nyiakan kerja salah seorang diantara kamu baik lelaki maupun perempuan.” (QS Ali Imran 195)

“... karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (QS Asy-Syarh: 5-6).

Rasulullah SAW juga pernah bersabda:

“Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk kepentingan akheratmu seolah-olah kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Sakir)

Ayat-ayat dan hadits diatas secara singkat menjelaskan bahwa kita jangan pernah menyerah dalam menggapai cita-cita dan tujuan kita. Apapun rintangan yang kita hadapi, yakinlah Allah tidak akan menyianyiakan kita. Ketika diri kita terasa rapuh akan terpaan rintangan yang sepertinya selalu saja ada, ingatlah bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Tanamkan dalam hati kita bekerjalah untuk dunia ini seakan kita hidup selamanya, dan selalu perkuat amal-amal kita seakan kita mati esok hari. Rasulullah SAW bersabda:

“Mukmin yang kuat lebih bagus dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, namun pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kamu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya …” (HR Muslim)

Ketika membuat tulisan ini, hingga mencapai hadits diatas, saya bertanya bagaimana caranya agar kita tetap konsisten atau istiqomah dalam jalanNya? Salah satu caranya adalah dengan menguatkan amal yaumi (amal harian) kita sendiri. Bagaimana shalat-shalat kita? Tepat waktukah? Sudah benarkah? Seringkah kita menunaikan shalat-shalat sunnah? Bagaimana amal-amal kita yang lain seperti sedekah, mengaji dan sebagainya? Kadang saya sendiri malu ketika menjawab pertanyaan ini. Namun, benar juga jawaban diatas. Saya jarang sekali menemukan orang yang amalan hariannya begitu baik namun gagal dalam usaha duniawinya.

Cara kedua dalam menjaga konsistensi adalah selalu tata urusan kita dengan baik. Penting kita mulai menata jadwal-jadwal kita, agar tidak menumpuk dan berantakan, utamanya ketika kita sedang diberikan amanah dan tugas yang banyak.

Cara ketiga adalah kerjasama. Mencapai tujuan perlu kerjasama, namun bukan berarti usaha kita tergantung pada teman kita. Kerjasama disini sangat penting, bahkan ketika tujuan itu bersifat individual, seperti ingin menjadi mahasiswa dengan IPK cum laude. Saya yakin orang-orang yang IPK nya cum laude itu dalam kerja kelompok untuk memenuhi tugas dia sungguh-sungguh bekerja demi tim. Sebab, kesuksesan tim juga mempengaruhi nilai dia. Selain itu, saling mengingatkan juga perlu. Dikala teman kita sedang lelah dan lupa tujuan dan mimpinya, ingatkanlah dia. Seperti yang tertulis dalam ayat Al Qur’an:

“Hendaknya diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru pada kebaikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah berbuat yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104)

Sebagai penutup dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman:

“Oleh itu, hendaklah engkau (wahai Muhammad) sentiasa tetap teguh(Istiqomah) di atas jalan yang benar sebagaimana yang diperintahkan kepadamu (Komitmen untuk taat kepada Allah), dan hendaklah orang-orang yang ruju` kembali kepada kebenaran mengikutmu berbuat demikian dan janganlah kamu melampaui batas hukum- hukum Allah sesungguhnya Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” QS Hud:112.

Sekali lagi, komitmen dan konsistensi mudah diucapkan dari mulut dan ditulis dalam tulisan. Bahkan saya menyadari itu benar. Namun, seberat apapun langkah kita dalam mencoba untuk menjadi orang yang bertanggung jawab dan total dengan komitmen dan konsistensi ini, yakinlah kalau benar-benar kita tulus, surga yang indah itu menanti kita. Keindahan surga melebihi semua keindahan di bumi ini, melebihi keindahan yang menurut kita paling indah. Jangan lupa tuk saling mengingatkan antara satu sama lain ketika sahabat dan saudara kita hilang arah dan lupa akan tujuannya.


Artikel Terkait

Previous
Next Post »

5 comments

Write comments
Arman Zega
AUTHOR
5 Desember 2013 pukul 06.53 delete

keren postingannya mas
bener sih, ngejalanin ini yang susah. karna banyak godaan supaya kita menanggalkan komitmen kita

kalau ada waktu, main ke blogku juga ya

Reply
avatar
drwriter
AUTHOR
9 Desember 2013 pukul 20.25 delete

sip deh gan, mau main neh hehehe.. skalian folbek ya udah tak follow hehe

Reply
avatar
Riizhu
AUTHOR
14 Januari 2014 pukul 17.23 delete

bener sekali, meskipun sepinter apapun klo ngga istiqomah/konsisten pasti gakkan berhasil begitu juga sebaliknya

Reply
avatar
drwriter
AUTHOR
16 Januari 2014 pukul 02.34 delete

yap.. semoga bermanfaat yoo

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
14 Desember 2014 pukul 07.33 delete

Mudah" kita dilindungi oleh yang Kuasa

Reply
avatar

Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai :) Tinggalkan komentar, saran-saran, kesan dan pesan yang bermanfaat ya!! EmoticonEmoticon