Sebenarnya saya sudah membaca dua buku spin-off serial Raib dan kawan-kawannya ini sejak bulan lalu. Tapi, kemalasan baru bisa saya hantam tepat saat malam ini, detik terakhir sebelum berakhirnya tenggat lomba resensi. Hahahaha.... (alasan klasik)
Sejujurnya saat mendengar Selena dan Nebula ini rilis, saya tidak terlalu bersemangat menyambutnya seperti 7 buku sebelumnya. Sebab cerita inti Raib dan kawan-kawan sudah selesai di Komet Minor. Tapi, nama Tere Liye bagi saya seperti Kodaline atau The Script. Orang-orang yang sudah pasti karyanya berbobot dan nyaman dinikmati. Ekspektasi itu pun saya dapatkan setelah selesai membaca dua buku ini dalam 2 hari.
Mulai dari buku SELENA. Bercerita tentang sosok Miss Selena yang selama ini familiar sebagai guru Raib, Seli dan Ali. Kehidupan Selena kecil sejujurnya ternyata di luar ekspektasi saya. Dari distrik kejauhan yang tertinggal, penuh kemisinan. Bahkan saya cukup terkejut mengetahui ternyata Selena kecil sama sekali tak setangguh seperti yang terkisah di buku-buku sebelumnya. Meski begitu, tekad dan ambisinya berkuliah di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi tak pernah luntur. Kisah hidupnya berubah drastis manakala bertemu dengan Tamus. Ini menjawab rasa penasaran saya tentang hubungan Selena dengan Tamus yang masih abu-abu di buku sebelumnya.
Fokus kisah di buku ini adalah tentang persahabatan dan kisah kehidupan kuliah Selena dengan dua pelajar yang juga ajaib dan unik, Tazk dan Mata. Tiga pelajar unggulan di angkatan mereka, andalan dan harapan besar dari Master Ox, sang pemimpin akademi.
Keunggulan Tere Liye dalam meramu plot membuat buku ini amat nagih untuk dibaca. Sekali sentuh, akan memaksa pembacanya untuk menghabisinya hingga halaman terakhir. Apa yang saya suka dengan Tere Liye adalah kepiawaiannya membuat perpindahan antar adegan yang mulus dan rapat, serta karakteristik yang unik dan khas. Tazk, si mantan personil boyband (seriously, kepikiran apa buat karakter petarung dari mantan boyband) yang tangguh dan penuh strategi. Selena yang keras kepala, namun pantang menyerah. Serta Mata yang terlihat 'biasa-biasa saja' tapi ternyata penuh kejutan.
Buku ini pace-nya cukup pas. Meski tak banyak konflik besar, namun bisa dipahami karena fokusnya adalah membangun chemistry Selena dengan karakter lain. Juga memberikan pemahaman pada pembaca tentang tujuan hubungan Selena dan Tamus, yaitu Nebula. Pesan terbaik yang bisa diambil dari buku ini adalah kerja keras takkan pernah mengkhianati hasil. Selena membuktikan bahwa meskipun ia memiliki bakat yang bukan main hebatnya, kerja keras serta rasa percaya terhadap semua sahabatnya membuat ia menjadi pelajar yang disegani.
Halaman akhir buku ini, seriously membuat semua pembacanya akan mati penasaran kalau tidak langsung ngacir buka Nebula.
Dalam NEBULA, kisah tiga sekawan Selena, Tazk, dan Mata mulai bergulir ke puncak. Mereka semakin akrab, semakin dekat, hingga akhirnya Selena memberitahukan misinya mencari Cawan Keabadian kepada dua sahabatnya itu, yang akhirnya mereka ketahui berada di klan Nebula. Namun, misi mereka bertiga mencari Nebula seperti tak direstui oleh siapapun. Termasuk Bibi Gill, guru pengintai yang disegani Selena. Tetapi, rasa penasaran yang terlalu kuat membuat tiga sekawan ini tetap berani mencari klan Nebula yang amat sangat sulit dijumpai hingga akhirnya mereka berhasil mendaratkan diri ke klan yang amat jauh itu.
Buku Nebula ini, mengingatkan saya pada salah satu anekdot yang sering kita dengar (dan mungkin banyak yang mendebatnya, hahaha...) berulang-ulang: "tak ada persahabatan erat laki-laki dan perempuan, kecuali adanya cinta". Masalah cinta ini membuat kisah menjadi rumit. Semakin rumit saat ambisi membumbuinya menjadi semakin pedas.
Poin terpenting di buku Nebula ini adalah ternyata tak mudah menilai sesuatu itu benar atau salah. Pembaca setia serial Raib seketika akan memiliki penilaian berbeda tentang Selena. Bahkan mungkin pembaca tidak bisa tega begitu saja melabeli karakter ini jahat, karakter itu baik. Mereka punya alasan tersendiri yang logis untuk berbuat seperti itu. Tidak hitam dan putih.
Selena yang dibalik ketangguhan tekadnya, ternyata seorang yang amat peragu dan terbutakan oleh ambisi.
Tazk yang dibalik kecerdasan dan kepiawaiannya merancang strategi, ternyata orang yang amat tidak peka dan tak peduli.
Lumpu yang terlihat sebagai sosok pelindung yang kuat dan tegas, ternyata menjadi sosok yang merubah seluruh jalan cerita.
Tere Liye menggarap buku Nebula ini dengan baik. Meskipun saya sudah sedikit memperkirakan arah cerita, tetapi penggarapannya tetap membuat saya merinding dan deg-degan betul saat membacanya. Terutama pertempuran di Nebula. Baku hantamnya ciamik. Detail, menegangkan, dan diakhiri dengan ending yang .... amat menyayat hati. Pengkhianatan yang justru dibalas dengan ketulusan. Ambisi meraih cita yang justru memukul diri kembali ke titik nol.
Buku ini amat sangat layak untuk mengisi hari teman-teman yang masih harus berdiam di rumah karena pandemi. Bagi pembaca setia serial Raib, buku ini akan menjawab pertanyaan tentang siapa Selena dan siapa ibu dan ayah Raib.
Gatel pengen spoiler, wkwkwkw.... Ini bukan spin-off terakhir. Jadi, siap-siap nabung untuk beli TIGA (Ya, tiga coooyy) buku spin-off berikutnya.
Doku harus diisi lagi ini, mah. Wkwkkw...
"“Dunia ini terkadang tidak terlihat hitam putih seperti yang kita inginkan. Dan dalam ambisi kekuatan, intrik, pertempuran, kita bisa saja tertipu oleh warna asli sesuatu. Bahkan warna diri sendiri pun bisa menipu. Gelap mata. Gelap hati. "
Rate: Selena (3.9/5), Nebula (4.5/5)